Implementasi COBIT pada Perusahaan


COBIT didasari oleh analisis dan harmonisasi dari standar teknologi informasi dan best practices yang ada, serta sesuai dengan prinsip governance yang diterima secara umum. COBIT berada pada level atas yang dikendalikan oleh kebutuhan bisnis, yang mencakupi seluruh aktifitas teknologi informasi, dan mengutamakan pada apa yang seharusnya dicapai dari pada bagaimana untuk mencapai tatakelola, manajemen dan kontrol yang efektif. COBIT Framework bergerak sebagai integrator dari praktik IT governance dan juga yang dipertimbangkan kepada petinggi manajemen atau manager; manajemen teknologi informasi dan bisnis; para ahli governance, asuransi dan keamanan; dan juga para ahli auditor teknologi informasi dan kontrol. COBITFramework dibentuk agar dapat berjalan berdampingan dengan standar dan best practices yang lainnya.

Implementasi dari best practices harus konsisten dengan tatakelola dan kerangka kontrol Perusahaan, tepat dengan organisasi, dan terintegrasi dengan metode lain yang digunakan. Standar dan best practices bukan merupakan solusi yang selalu berhasil dan efektifitasnya tergantung dari bagaimana mereka diimplementasikan dan tetap diperbaharui. Best practices biasanya lebih berguna jika diterapkan sebagai kumpulan pinsip dan sebagai permulaan (starting point) dalam menentukan prosedur. Untuk mencapai keselarasan dari best practices terhadap kebutuhan bisnis, sangat disarankan agar menggunakan COBIT pada tingkatan teratas (highest level), menyediakan kontrol framework berdasarkan model proses teknologi informasi yang seharusnya cocok untuk perusahaan  secara umum.

COBIT FRAMEWORK
Kerangka kerja CobIT terdiri dari beberapa guidelines (arahan), yakni :
a.    Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi (high level control objectives) yang tercermin dalam 4 domain, yaitu : planning & organization, acquisition & implementation, delivery & support, dan monitoring.
b.    Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendali rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance atau saran perbaikan.


c.    Management Guidelines
Berisi arahan baik secara umum maupun spesifik mengenai apa saja yang mesti dilakukan, seperti : apa saja indicator untuk suatu kinerja yang bagus, apa saja resiko yang timbul, dan lain-lain.
d.    Maturity Models
Untuk memetakan status maturity proses-proses IT (dalam skala 0 – 5).

Pengelolaan TI (Tata Kelola TI)
Teknologi informasi memiliki peranan penting bagi setiap perusahaan yang memanfaatkan teknologi informasi pada kegiatan bisnisnya, serta merupakan salah satu faktor dalam mencapai tujuan perusahaan. Peran TI akan optimal jika pengelolaan TI maksimal. Pengelolaan TI yang maksimal akan dilaksanakan dengan baik dengan menilai keselarasan antara penerapan TI dengan kebutuhan perusahaan sendiri.
Semua kegiatan yang dilakukan pasti memiliki resiko, begitu juga dengan pengelolaan TI. Pengelolaan TI yang baik pasti mengiidentifikasikan segala bentuk resiko dari penerapan TI dan penanganan dari resiko-resiko  yang akan dihadapi. Untuk itu perusahaan memerlukan adanya suatu penerapan yang harus dilakukan perusahaan, yakni menerapkan Tata Kelola TI (IT Governance).

PT. Transindo Jaya Komara 
KOPERASI LANGIT BIRU yang sebelumnya dikenal dengan PT. Transindo Jaya Komara (PT. TJK) dengan Akte Notaris H. Feby Rubein Hidayat SH No. AHU. 0006152.AH.01.09. Tahun 2011 adalah perusahaan konvensional yang sudah berdiri 2 tahun dan bergerak khusus mengelola daging sapi dan air  mineral.
Saat ini KOPERASI LANGIT BIRU telah memiliki 62 suplayer pemotongan dan pendistribusian daging sapi serta pusat pendistribusian air mineral SAFWA. Adalah Ustad Jaya Komara sebagai Direktur utama memiliki pengalaman 16 Tahun dalam pengelolaan daging sapi. Ustad yang selalu berpenampilan sederhana dan apa adanya ini memiliki visi misi besar untuk kesejahteraan bersama khususnya Umat Islam. Untuk mengembangkan usahanya ini Ustad jaya Komara pada awalnya hanya menggandeng masyarakat sekitar saja untuk ikut serta menikmati keuntungan hasil usaha daging sapinya.
Berawal dari pandanganya terhadap strata kehidupan masyarakat Indonesia dimana yang kaya makin kaya dan yang miskin tetap miskin. Maka tercetuslah ide kreatif untuk pengembangan usahanya dengan mengikutsertakan masyarakat pada umumnya. Pada awalnya hanya diadakan arisan daging untuk masyarakat sekitar saja, yang hasilnya dibagikan tiap lebaran haji baik berupa keuntungan berupa uang dan daging sapi itu sendiri, hal ini sudah dilakukan oleh ustad jaya komara sebelum KOPERASI LANGIT BIRU resmi berdiri.

Berkaitan dengan pertimbangan diatas, perlu adanya suatu metode untuk mengelola IT. Dalam hal ini, metode COBIT perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan agar pengguna IT sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif serta mencegah atau meminimalisir adanya resiko terhadap penggunaan IT. Dalam hal ini saya mencoba merancang penerapan COBIT pada PT. Transindo Jaya Komara.
1.    Analisis Permasalahan
·         Pada PT. Transindo Jaya Komara sudah memiliki prosedur pengelolaan teknologi informasi yang dijalankan, tetapi faktanya prosedur tersebut tidak sepenuhnya dijalankan, sehingga user biasanya melakukan secara manual.
·         Mengetahui berbagai kendala dalam pengelolaan teknologi informasi yang dijalankan.
·         Perusahaan menginginkan adanya suatu evaluasi tata kelola teknologi informasi untuk peningkatan mutu perusahaan .
·         Pengolahan Data
PO 1 Merencanakan rencana strategis IT
Pada PT. Transindo Jaya Komara sudah mengetahui akan rencana strategis TI, meski kenyataannya pelaksanaannya sering diabaikan. Pendokumentasian belum terstruktur dengan jelas. Dan hanya diketahui oleh beberapa pegawai yang berkepentingan saja. Update dari rencana strategis TI merupakan respon dari permintaan pihak perusahaan dan juga berdasarkan perubahan kondisi yang ada. Keputusan-keputusan stategis yang diambil hanya berdasarkan pada masalah yang ada dalam proyek yang dilaksanakan, belum berdasarkan rencana strategis TI yang telah ditetapkan secara konsisten.
Tetapi pada perusahaan ini sudah adanya solusi TI yang dibuat untuk menghadapi masalah yang ada. Penyampaian kepada konsumen juga sudah dilakukan, hanya belum berjalan dengan maksimal. Penyampaian kepada konsumen dilakukan secara online, dengan website yang diberikan perusahaan.
Seperti adanya rencana strategis dalam pemanfataan TI pada perusahaan ini yakni :
·         Solusi menyeluruh untuk industri perdagangan dan investasi
·         Solusi TI menyeluruh dengan nilai yang luar biasa
·         Solusi TI menyeluruh dengan kompetensi yang tinggi

PO 2 Arsitektur Informasi
Belum semua instansi memiliki sistem informasi dan sistem informasi yang dikembangkan belum terintegrasi.
PO 3 Arah Teknologi
Teknologi yang digunakan belum begitu canggih karena sarana dan prasarana belum memadai.
PO 4 Organisasi TI dan hubungan
Sudah ada sebuah organisasi yang jelas dan secara khusus menangani bidang IT, tetapi belum bekerja secara maksimal.

PO 5 Investasi TI
Belum adanya rancangan anggaran TI yang menyeluruh.
Alokasi anggaran yang terbatas.

PO6 Komunikasi tujuan dan arah manajemen
Masih lemahnya koordinasi pembagian produk produk. Hal ini menyebabkan
koordinasi koperasi kurang efektif dan antrian yang semakin panjang.

PO 7 Manage SDM
Penempatan SDM yang tidak tepat dan pembagian tugas yang tidak jelas.
Pengelolaan sumber daya yang belum optimal baik di tingkat teknis operasional
maupun manajerial.

PO 8 Kesesuaian dengan external requirement
Kurangnya kesiapan dalam antisipasi (change of management) baik terhadap
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maupun terhadap tuntutan
masyarakat (globalisasi).i TI menyeluruh untuk industri transportasi dan perjalan
PO 9 Menilai Resiko TI
Di PT. Transindo Jaya Komara sudah adanya  kebijakan akan manajemen resiko, karena sebagian besar pelaksanaan kegiatan bisnis di Departemen TI di perusahaan ini sudah memanfaatkan teknologi 100 %. Manajemen resiko dilakukan sesuai dengan proses yang telah ditentukan perusahaan, namun belum ada standart khusus untuk mengatur kebijakan manajemen resiko tersebut. Tetapi manajemen resiko pada perusahaan ini belum disosialisasikan kepada seluruh pegawai, jadi hanya pihak terkait atau manager yang mengaturnya dan menjalankannya. Apabila terjadi kesalahan manajer yang memberitahukan secara manual kepada pegawainya.
Proses kelonggaran/mitigasi yang diberikan terhadap resiko proyek, baik proyek baru atau lama semuanya diperiksa oleh manager, tetapi masih belum konsisten karena tidak adanya standart khusus untuk proses tersebut.
PO 10 Manajemen Proyek
Pada perusahaan ini, menajemen untuk proyek telah memenuhi kebutuhan user. User disini ialah pegawai, manager, pimpinan dan stakeholders lainnya. Namun, proses pedokumentasian belum berjalan dengan baik serta pengembangan dan penggunaan teknik juga belum dilaksanakan dengan baik. Serta aplikasi dari penerapan management proyek tergantung pada kebijakan dari manager.
PO 11 Manajemen kualitas
Kurangnya tenaga ahli yang mampu mengawasi kualitas TI dan rendahnya penghargaan terhadap SDM TI terampil mempengaruhi kualitas sistem dan pengembangan TI.

KESIMPULAN
Metode cobit perlu diterapkan pada PT Transindo Jaya Komara, hal ini berdasarkan atas kelemahan-kelemahan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Dengan diterapkannya metode cobit diharapkan kinerja PT Transindo Jaya Komara dapat lebih baik dan terorganisir sehingga visi dan misi perusahaan dapat tercapai dan juga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi investor koperasi, pemegang saham dan pemerintah.

Perbedaan antara BRM dengan SLM

Perbedaan BRM dan SLM

     Manajemen hubungan bisnis (BRM) adalah pendekatan formal untuk pemahaman, mendefinisikan, dan mendukung kegiatan antar-usaha yang terkait dengan jaringan bisnis.
Manajemen hubungan bisnis terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan perilaku (atau kompetensi) yang membina hubungan yang produktif antara organisasi jasa (mis Sumber Daya Manusia, teknologi informasi, departemen keuangan, atau penyedia eksternal) dan mitra bisnis mereka.
Bisnis Relationship Management berfokus pada realisasi nilai bisnis melalui mitra bisnis akuntabel, kemajuan dalam skala, ruang lingkup, dan kecanggihan efek jaringan gangguan konstan sebagai ‘normal baru’ dinamis bisnis, desentralisasi pengetahuan dan devaluasi kekayaan intelektual tradisional, peningkatan keterbukaan pengetahuan jaringan,  penurunan komando dan kontrol manajemen. Dampak dari tren ini pada hubungan bisnis telah didorong dasar disiplin BRM yang berbeda.Tujuan dari BRM :
·        Sebagai suatu disiplinàDisiplin BRM adalah penelitian berbasis dan telah diverifikasi dan ditingkatkan untuk lebih dari satu dekade.
·         Sebagai peran organisasi à BRM peran organisasi adalah hubungan antara penyedia layanan dan bisnis
·         Sebagai model à Model BRM mengidentifikasi dua peran, penyedia dan konsumen
Layanan Manajemen tingkat (SLM) untuk memastikan bahwa layanan sepenuhnya menyelaraskan dengan kebutuhan bisnis dan memenuhi persyaratan pelanggan fungsi, ketersediaan dan kinerja. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa tingkat layanan negogiasi dan setuju dengan pelanggan dan semua layanan disampaikan ke tingkat layanan yang telah disetujui yang didefinisikan di dalam indikator kinerja yang telah disepakati. SLM pelayan dari hubungan antara penyedia layanan teknologi informasi dan pelanggan dan bertanggung jawab kepada pengguna untuk layanan disampaikan.

Kegiatan pokok dari SLM adalah:
  • mengembangkan dan bernegosiasi SLA dengan pelanggan.
  • menjamin SLA didukung oleh internal (OLAs) dan eksternal (UCs) perjanjian yang mendukung pencapaian tingkat layanan yang telah disetujui.
  • bertindak sebagai jembatan antara penyedia layanan teknologi informasi dan bisnis.
  • untuk mengelola dan memelihara hubungan positif. konstruktif dengan pelanggan. 
  • Sebagai antarmuka utama antara teknologi informasi dan bisnis, itu harus tetap up to date dengan semua perkembangan yang relevan. 

Manajemen Layanan SI pada Alfamart

Sejarah Singkat
 
Alfamart adalah sebuah brand minimarket penyediaan kebutuhan hidup sehari-hari oleh PT.sumber alfaria trijaya,tbk. Pada tahun 1989 merupakan awal berdirinya alfamart,dengan mulainya usaha dagang rokok dan barang –barang konsumsi oleh DJOKO SUSANTO dan keluarga yang kemudian mayoritas kepemilikanya dijual kepada PT.HM Sampoerna pada tahun 1989.pada tahun 1994 struktur kepemilikan berubah menjadi (70%) dimiliki oleh PT.HM Sampoerna tbk dan (30%) dimiliki oleh PT.Sigmantara alfindo(keluarga djoko susanto)
PT.Alfa minimart utama (amu) didirikan pada tanggal 27 juli 1999,dengan pemegang saham PT.Alfa retailindo,tbk sebesar (51%) dan PT.Lancar distrindo sebesar sebesar (49%),PT.Alfa minimart utama(amu) ini kemudian membuka alfa minimart pada tanggal 18 oktober 1999 berlokasi jalan beringin raya,karawaci.tangerang.
Pada tanggal 27 juli 2002,PT HM Sampoerna tbk secara resmi merestrukturisasi kepemilikanya sahamnya diPT.Alfa retailindo yang semula (54,40%) dikurangi menjadi(23,4%) disisi lain,perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia akan mulai mengarap serius pasar minimarket yang selama ini belum tergarap melalui alfa.
Pada tanggal 1 agustus 2002,kepemilikan beralih ke PT. sumber Alfaria trijaya dengan pemegang saham PT.HM Sampoerna ,tbk sebesar (70%) dan sigmantara alfindo sebesar (30%) kemudian nama alfa minimart diganti menjadi alfamart pada 1 januari 2003.pada tahun 2005 jumlah gerai alfamart bertumbuh pesat menjadi 1.293 gerai hanya dalam 6 tahun semua took berada dipulau jawa.
Awal  tahun 2006 PT.HM sampoerna,tbk menjual sahamnya,sehingga struktur kepemilikan menjadi PT. Sigmantara alfindo(60%)dan PT.cakrawala mulia prima(40%) mendapat sertifikat Iso9001:2000 untuk system manajemen mutu”. Petengahan 2007 Alfamart,sebagai jarang minimarket pertama diindonesia yang memperoleh sertifikat Iso 9001 : 2000 untuk system manajemen mutu.jumlah gerai mencapai 2000 toko dan telah memasuki pasar lampung. Awal 2009 menjadi perusahaan public tgl 15 januari 2009 dibursa efek Indonesia disertai dengan penambahan jumlah gerai mencapai 3000 toko dan juga memasuki pasar bali. 
Motto “belanja puas,harga pas”

Sistem informasi Manajemn Alfamart

Dalam penggunaan sistem informasi manufaktur, Alfamart menggunakan sistem kertas kerja PKM yang menetapkan kuantitas maksimum yaitu setiap item barang sudah diketahui trenad penjualan selama 3 bulan, mengetahui masa tenggang waktu antara permintaan barang sampai pemenuhan, dapat merevisi PKM untuk barang yang cepat terjual, dan barang yang lambat terjual yang dilakukan setiap awal bulan dengan mencetak laporan PLM dan mengusulkan padaarea coordinator untuk merubahnya. PKM juga dapat mengetahui kondisi di mana barang tersebut sedang kosong di gudang maupun di toko.

Lajunya pertumbuhan gerai toko alfamart yang cepat dengan transaksi lebih dari 40 transaksi struk perbulan ,dapat terlaksana karena didukung oleh system teritegrasi pada setiap poin of sales (POS) kasir disemua gerai yang mencakup system penjualan,persediaan,dan penerimaan barang.tehnologi di pos kasir dirancang sudah memenuhi kebutuhan perkembangan dan transaksi di masa depan.
Untuk mempercepat pelayanan dan keyamanan belanja dikasir, alfamart menggunakan pemandaian scanner barcode, pembayaran pun kini memberikan kemudahan bagi konsumen dengan menggunakan bca debit,mandiri debit dan berbagai macam bank yang tercantum.
Dalam diadakan distribusi barang ,alfamart menerapkan digital packing system dan tail gate system pada pusat distribusinya. kedua system dan tail gate system pada setiap distribusinya. keduan system ini mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses pengambilan barang dari rak penyimpanan dan pemuatan barang ke armada pengirim maupun barang di gerai alfamart.
Pengendalian operasi toko
Persediaan operasi toko adalah salah satu system yang sudah ditetapkan perusahaan agar kegiatan di toko berjalan dengan lancar atau sempurna. Adapun pengendalian toko tersebut adalah:
1.      pengendalian persediaan
2.      pengendalian penjualan
3.      pengendalian biaya
4.      pengendalian administrasi
5.      pendapat lain-lain
6.      pengendalian lingkungan

Setiap perusahaan ,perusahan perdagangan ataupun perusahaan pabrik serta perusahan jasa selalu mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para perusahan akan dihadapikan pada resiko bahwa perusahaanya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan meminta barang /jasa.persediaan diadakan keuntungan yang diharapkan tersebut lebih besar dari pada yang ditimbulkannya.

Alfamart mengamankan data-datanya dengan backup database dan restore database. Dengan backup database maka terjadi proses membuat salinan data sebagai cadangan saat terjadi kehilangan atau kerusakan data asli. Salinan data yang dibuat disebut dengan “data backup”. Manfaat dari proses backup pada Alfamart diantaranya, mengembalikan kondisi suatu sistem komputer yang mengalami kerusakan atau kehilangan data, mengembalikan suatu file yang tanpa sengaja terhapus atau juga rusak. Sedangkan untuk restore dilakukan setelah backup. Backup akan menjadi sia-sia bila proses pengembalian dan perbaikan data sistem sulit dilakukan.

FlowChart 



Keuntungan dan Kerugian Waralaba Alfamart
Keuntungan:
- Transformasi pengetahuan bergabung akan banyak diperoleh
   pengetahuan bisnis toko
   modern + menempatkan franchisee sebagai pelaku bisnis.
- Survey lokasi dari Alfamart akan memperkaya wawasan
   mengenai potensi dan strategis
   tidaknya suatu lokasi
- Dukungan sistem operasional toko yang terintegrasi, yang bikin
  kita tidak perlu terlibat full
  time dalam operasional toko
- Peluang berkembang dpt memiliki lebih dari 1 unit toko dgn
  tingkat kesibukan yang sama, tp
  masih bisa diatur.
Kerugian:
- Adanya Ongkos waralaba dan pembagian keuntungan ( royalti )
  sama pihak Alfamart
- Operasional yg disiplin dan harus dipatuhi
- Tidak bebas dalam memilih produk yang ingin dijual
- Produk yang terbatas yang hanya disediakan oleh pihak
  franchisor.

Kesinpulan dan Saran
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Alfamart menggunakan sistem kertas kerja PKM yang
    menetapkan kuantitas maksimum yaitu
    setiap item barang sudah diketahui trenad penjualan selama 3
   bulan.
2. Untuk mempercepat pelayanan dan keyamanan belanja dikasir,
    alfamart menggunakan pemandaian 

    scanner barcode.
3. Dalam diadakan distribusi barang ,alfamart menerapkan digital
    packing system dan tail gate system 

    pada pusat distribusinya. kedua system dan tail gate system pada
    setiap distribusinya

4. Alfamart mengamankan data-datanya dengan backup database
    dan restore database. 



Saran:
1. Persediaan barang pada minimarket Alfamart agar dapat
    disajikan dengan lebih lengkap agar apa
    yang diinginkan konsumen dapat dipenuhi .
2. Mayoritas konsumen Indonesia sensitive terhadap harga, karena
    itu Alfamart agar menekan harga
    dengan cara memutus saluran distributor yang panjang yang
    akan meminimalkan biaya dan pada
    akhirnya harga menjadi sama dengan pesaing. Selebaran yang 
    full color 
dengan informasi produk
    dan harga tidak akan banyak mempengaruhi pembeli karena
    mereka juga akan mendapat selebaran
    yang sama menarik dari peritel lainya.
3. Pelayanan pada minimarket Alfamart sebaiknya ditambahkan
    dengan fasilitas pesan belanja
    melalui telpon agar tidak kalah dengan pesaing.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain dan
    organisasi perdagangan atau
    minimarket lain sebagai pembanding agar didapat hasil yang
    lebih sempurna.

Sumber:
http://makalahperusahanalfamart.blogspot.com/2011/12/makalah-riset-perusahaan-alfamart.html